Braga
Aku berjalan dalam kesendirianku
Menyusuri saksi bisu kemerdekaan negaraku
Yang layaknya proyektor masa lalu,
tidak pernah hilang darinya sisa-sisa kejayaan penjajah
Aku berjalan dalam kesendirianku
Di sisi kiriku, para penjaja kreasi
yang mereka kerjakan berdasarkan alam bawah sadar setiap manusia; imajinasi
yang mereka kerjakan dengan mencelupkan mimpi mereka dalam cat-cat warna-warni
menjadi lukisan yang rapi, yang cantik,
yang bernilai tinggi
Aku berjalan dalam kesendirianku
Di sisi lain dari ragaku, adalah para veteran
Yang begitu mencintai masa dulu, hingga tetap mengabdikan hidupnya di sana
Bayang-bayang semangat masa mudanya dapat aku rasakan dengan jelas
dalam buku-buku yang ia jajakan di toko tuanya
dalam kartu pos-kartu pos bergambar kota yang begitu ia banggakan
dalam senyumnya yang tipis saat berterima kasih karena pelanggan sudah datang
dalam sinar matanya yang tidak pernah redup walau sebentar
Aku berjalan dalam kesendirianku
Di sebuah tempat di kotaku,
yang menjadi saksi bisu perkembangan bangsaku, Indonesia
dari mulai orang-orang yang lemah
hingga menjadi tuan di tumpah darahnya sendiri
Aku berjalan dalam kesendirianku
Melihat berbagai macam ciptaan Tuhan paling sempurna; manusia
Dari mulai yang semangatnya tidak pernah hilang
Atau yang menggantungkan seluruh hidupnya pada orang yang ia genggam jemarinya
Atau yang tidak peduli pada apapun,
kecuali tanah tempatnya berpijak
Tempat itu, Braga
Kota itu, Bandung
Dan negaranya, cintanya, seluruh hatinya,
Indonesia.
Comments
Post a Comment