Posts

Showing posts from July, 2014

Truth or Dare

Aku menunggu dengan gelisah di luar restoran. Di tanganku ada sebuah kantong yang berisi hadiah untuk teman baikku, Hans. Aduh, dia jadi datang nggak ya? Ting tong. Ada sebuah SMS. Pasti Hans! Aku pun segera membukanya. Aduh, maaf Lun, aku nggak jadi dateng. Mendadak harus nemenin keluargaku. Maaf ya :( Aku tersentak di situ... masalahnya kami sudah merencanakan pertemuan ini sejak lama; di reuni yang diadakan SMP kami. Kami sekarang sudah SMA, dan kebetulan ayahku pindah tugas ke luar kota. Jadi kemungkinan kami bertemu kecil sekali. Hari itu mungkin adalah satu-satunya. Aku sampai beli tiket kereta cuma buat acara ini. Tapi nggak apa-apa deh, memangnya aku ke sini cuma buat bertemu dengan Hans? Sekalipun aku memang nggak begitu akrab sama teman SMP-ku, karena cuma 1 bulan aku belajar dengan mereka. Woles ajaa, selamat menikmati acaranya deh ya aaa Aku pun segera masuk. "Yaampun Luna ke mana aja? Dicariin dari tadi!" satu-satunya temen dekatku selain Hans, Arin, menepu

Selamat Pagi

Seorang yang kalut berdiri di antara rawa-rawa Dapat ia rasakan hangat matahari dari sana, dan itu menenangkan hatinya. Begitu senangnya ia, hingga ia ucapkan selamat pagi pada tiap orang yang lewat Sampai siang kemudian datang dan berkata, "Wahai pemuda, tidakkah kau sadar pagi sudah tiada karena sekarang sudah tiba masa tugasku?" Seorang yang kalut itu pun terduduk Tidak dihiraukannya ucapan siang, seakan-akan ia hanyalah angin yang sebentar lewat Dengan tetap semangat, pemuda itu berkata selamat pagi Dan benar saja, siang pun berakhir Senja kemudian menepuk bahunya "Wahai pemuda, pagi sudah lama pergi. Tadi waktunya siang menemani manusia, dan sekarang giliranku." Namun manusia itu teguh Bahkan kali ini ia senandungkan selamat pagi itu Kemudian malam pun tiba dengan sabitnya yang mungil Tidak seperti yang lain, ia tidak mengatakan apapun pada manusia itu Yang ia lakukan hanya menyelimutinya dengan hitamnya yang pekat Menghangatkannya dengan ca
Sore, Pak. Ini adalah saat di mana beribu-ribu SMS yang kakak kirim buat dibaca nggak lagi bisa dibuka sama Bapak. Ini adalah saat di mana telepon-telepon kakak nggak lagi bisa diangkat sama Bapak. Tapi kali ini bukan karena baterai hp Bapak habis ya Pak? Melainkan karena Allah SWT. rindu sama Bapak... Pak... dulu aku pasti ngeluh kalau baterai hp Bapak habis. Sekarang betapa aku berharap, Bapak nggak bisa angkat telepon dan bales SMS gara-gara itu. Bila kamu ingin mengerti artinya kasih sayang Cobalah cintai matahari satu hari saja Lalu l ihatlah ke arah senja, anakku Dan janganlah dulu bertanya mengapa Saat senja membawa matahari pulang ke peraduan Kamu akan merengek, memintanya menyinarimu lagi esok hari Beruntungnya buatmu, ia benar-benar kembali. Pak, aku sama yang lain kangen... Selamat jalan, Pak. - untuk pengantarku dari kelas 4 SD sampai aku memakai putih abu-abu.

Nol

Nol adalah awal dari setiap mimpi Setiap angan Setiap harapan. Nol adalah awal dari setiap takdir Setiap nasib Setiap garis dan titik yang terlukis di atas kanvas putih; hidup tiap manusia. Namun menyedihkan sekali bagi nol hanya sedikit yang mengingatnya apalagi yang mencintainya. Tiap orang yang sudah dewasa tidak diizinkan mengingat masa ia dalam kandungan. Tiap orang yang sudah berhasil seringkali lupa akan nasibnya dulu. Tiap orang yang sudah berkuasa biasanya hanya mementingkan diri sendiri, padahal dulunya mereka pun rakyat kecil. Maka tidak ada hal lain di dunia ini, yang lebih terlupakan dibandingkan sesuatu yang berarti tak ada, mungkin karena tiada seorang pun yang ingin mengingat dirinya tidak punya apa-apa. Maka tidak ada hal lain di dunia ini, yang lebih terzalimi dibandingkan angka yang memulai segalanya, betapa sedih nasibnya, tidak ada yang pernah memerhatikannya, angka nol namanya.

Alasan

Ada kalanya aku merasa dedaunan gugur tanpa makna sebagaimana angin berhembus tanpa tujuan dan memang sudah menjadi kodrat bumi untuk berputar. Namun ada kala lain di mana aku merasakan yang lain pula; bahwa segala yang terjadi pastilah untuk melangsungkan kehidupan tiap-tiap makhluk yang lain. Bahwa segalanya pasti digariskan karena satu atau banyak alasan. Bahwa tiada sesuatupun di dunia ini yang tidak dimaksudkan untuk suatu hal tertentu. Aku tidak tahu mana yang benar. Namun nuraniku membisikiku dengan takut-takut, bahwa ia telah berhasil memelukku tiap kali aku merasa aku pasti hadir karena sebuah alasan. Sebagaimana keberuntunganku yang membuatku berkali-kali riang gembira. Keberhasilanku yang kadang tidak tertebak mengapa bisa ada. Dan keharusanku, keharusanku untuk takluk pada ketidakadilan. Keharusanku untuk mengubur anganku dalam-dalam; semuanya pasti ada karena satu atau lebih banyak makna yang terselip di dalamnya. ( sebagaimana keberuntunganku y