Posts

Showing posts from March, 2016

a reminder to self

Udah berapa hari lagi, Ry? Empat. Seberapa siap? Insyaallah. Tapi kok hasil TO minggu kemarinnya jelek? Kemaren memang kemarin belum bisa pas ngerjainnya. Belajar satu minggu ini memangnya ngebuat kamu bisa ? Berdoa saja. Kalau nanti nggak bisa, gimana? "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al Baqarah 2:216) ---------------- Ya Allah, mudahkanlah segala sesuatu yang akan menghadapi kami di masa depan nanti. Karena seburuk apapun itu, Adriana, semuanya, kita pasti bisa menghadapinya. Kenapa? Soalnya Allah percaya kita bisa, makanya Dia berikan ujian itu buat kita. Ya nggak? Soalnya Allah tau yang terbaik buat kita. Yaa Allah, jangan biarkan kami lupa tentang ini walau sebentar saja. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Yang terbaik, semuanya, aamiin.

Bermimpi

"Kamu tahu, saya seorang pemimpi," Aku berkata sambil menghirup latte -ku sedikit demi sedikit. Dipandangnya aku dengan senyum, "Tentu saja saya tahu, kamu sering sekali membicarakannya." "Dulu saya sempat benci bermimpi, benci sekali," aku terdiam sebentar, "saya dulu sempat berpikir mimpi hanya membawa saya menuju kekecewaan, dan saya benci untuk menjadi terpuruk; walau nyatanya yang terjadi memang begitu ." "Lalu, apa yang membuat kamu kembali bermimpi?" "Bagaimana menurut kamu?" "Saya melihat mimpi sebagai kekuatan hidup, pegangan saya kalau sedang jatuh." "Saya pun menganggap mimpi memiliki kekuatan semagis itu. Dulu saya kira dengan saya berhenti bermimpi, segala keterpurukan saya akan berakhir." "Nyatanya?" Ia bertanya, prihatin. "Nyatanya keterpurukan malah semakin mendatangi saya; rasanya keterpurukan itu selalu melihat saya dari balik jendela, menunggu di bawah tempat tidur

yellow dreams

Takut. Huft. Rasanya, dua tahun lalu itu cepet banget ya. Rasanya nggak kerasa banget ya, perasaan baru kemaren ngehadepin empat paket soal yang menentukan bakal SMA di mana itu. Perasaan baru kemaren, ujian Bahasa Indonesianya telat karena ada soal bersampul dan tidak bersampul . Saat pertama masuk akselerasi, aku nggak pernah mikir semuanya bakal secepet ini. Saat itu aku cuma ngeliat akang-teteh aksel, mereka yang sebentar lagi UN, mau ikut seleksi masuk perguruan tinggi, minta doanya buat menggapai mimpi masuk ke jurusan keinginan masing-masing. Kemudian, guru kami, yang kebetulan ada di kelas saat mereka meminta doa, berkata begini, "Mereka semua ranking angkatannya bagus loh, tahun depan kalian juga begini ya." Tahun depan . Dulu aku selalu ngerasa satu tahun adalah waktu yang sangaat lama, tapi nyatanya... nggak. Sekarang bahkan aku udah finalisasi undangan, yah, pilihan paling nyari mati yang cuma bakal bikin orang bilang, "Semangat ujian tulisnya ya." Y

a bit flashback

Kalau lagi kayak gini, aku jadi suka ingat dulu. Iya, dulu. Bulan-bulan sekarang setaun yang lalu, aku lagi... lagi berjuang menggapai mimpi mungkin ya? Yang dulunya nggak aku yakini sama sekali bakal aku capai. Yang dulunya aku pasrahkan saja, karena merasa (dan memang sangat) kurang siap dibanding yang lain. Mimpi apa? Olimpiade Sains Nasional . Medali. Medali pertamaku . Saat ini, aku lagi sering diceritakan teman-temanku soal apa yang mereka rasa saat OSN tingkat provinsi semakin dekat. Duh, serius, rasanya jadi rindu sekali. Dulu aku juga harap harap cemas, seperti mereka, tapi terlepas dari semua itu, ada euforia yang luar biasa. Mengapa? Sederhana saja, itu mimpiku . Mimpiku adalah tersenyum lebar, di atas panggung penanugerahan medali sana, dengan medali tergantung di leherku. Lalu aku akan memeluk teman-temanku yang juga berhasil, tersenyum bersama-sama, membicarakan segala perjuangan, peluh, dan mungkin tangis yang kami berikan untuk itu. Mimpiku adalah bersujud syukur ket

selamat pagi

"Selamat pagi, apa kabarmu hari ini?" Cemara menyapa tanah wajahnya penuh senyum; tanah ialah tempatnya berpijak, tinggal, menggantungkan diri . "Selamat pagi, hari ini tampaknya akan cerah, bukan?" Cemara berkata dengan riang, seraya menggugurkan sebagian daunnya; agar sebagian dirinya bersatu dengan tanah, selama-lamanya. "Selamat pagi, semoga hari ini menyenangkan." Cemara berujar, sambil berbisik dalam hati, bagiku pasti begitu kalau bersama kamu, selalu.

surat kecil dalam botol kaca

dan aku selayaknya surat kecil dalam botol kaca; ia yang terombang-ambing menanti takdir membawanya berhenti walau entah apa yang menanti; apa ia akan disimpan, atau dibiarkan terombang-ambing kembali hingga air mengisi seluruh permukaannya dan menyatukannya dengan laut lepas? ia tidak tahu, tapi satu yang ia yakini, itulah yang terbaik. ------------ jaket kuning? kota batik? satu tahun lagi? :)

Pukul Sebelas

pukul sebelas malam sudah pekat semua sunyi senyap temaram satu yang bersisa pukul sebelas dan ia masih tidak dapat terlelap; dalam gelap ia berbisik pada rembulan yang tampaknya tidak berniat mendengarnya karena semakin ia berkata, semakin temaram itu padam pukul sebelas dan ia masih dengan menggebu-gebu bercerita seakan tidak merasa tidak didengar padahal ia tahu, sangat tahu, ia hanya tidak ingin sama sekali tidak ingin berhenti berharap. ialah pungguk, yang tidak pernah lelah merindu. ( dan akulah pemimpi, yang berharap mencapai tinggi ) ------------------------------ Siap?

nekat, memangnya siap?

Ada yang setia berlari, ada pula yang berpaling; namun orang-orang itu semua memandangnya bingung bertanya, "Konsekuensinya berat. Memangnya kamu siap?" Mimpi. Aku selalu menulis soal mimpi di sini. Kalau dulu, isinya olimpiade dan olimpiade lagi. Pewarna hidupku empat tahun terakhir ini. Pembuka mataku akan apa yang benar-benar aku cintai sepenuh hati; kata orang, kalau kita memang cinta dengan suatu pekerjaan, setiap hari akan terasa seperti liburan, bukan? Iya, aku jatuh cinta sama biologi. Pasti orang langsung terbayang begini: aku mau jadi dokter praktek yang mengabdi. Sejujurnya, ini kegalauan terbesarku selama ini. Aku dan praktek terdengar nggak sejalan aja di telingaku. Bukan passion , kalau kata orang. Passion -ku? ... ... Jadi ilmuwan . Hahaha. ... ... Serius. Tapi maunya jadi ilmuwan yang hasil penelitiannya diaplikasikan ke manusia. Kalau kata temanku saat menyemangatiku, "Wah, ditunggu obat kankernya ya." Aku nggak bisa menahan senyumk

muara

Awan ia merintik. langit ia menghujan; menanti hujan juga rintik bermuara kembali. jangan pergi selalulah di sini.