selamat jalan, kesayangan

Waktu berlalu begitu cepat.

Rasanya baru kemarin, setahun lalu itu. Saat itu, kami berduapuluhdua akan menghadapi ujian akhir pertama kami. Saat itu, kami baru mulai saling mengenal, namun canda tawa sudah memenuhi kelas kami setiap harinya. Saat itu, senyum-senyum kami pajang lebar sekali. Senyummu menjadi salah satunya.

Senyum kamu, yang tidak pernah menyinggung kami, yang memerhatikan kami semua dengan sepenuh hati... kadang kamu bahkan lebih mementingkan kami daripada dirimu sendiri. Aku sendiri belum pernah bertemu orang sebaik kamu, flawless. Perfect. Kita semua nggak tahu apa kekurangan kamu. Sifat yang kayak malaikat, pintar di segala bidang, paras yang cantik, shalehah luar biasa, dan senyum yang selalu mengembang. Kami semua kagum sama kamu. Kami semua sayang sekali sama kamu.

Tak pernah terbayang di benak kami, harus kehilangan secepat ini. Kelas bakal beda, kamu tahu. Kami semua bakal beda. Aku bakal kangen luar biasa. Nggak, nggak, aku udah kangen.

Tapi kami (harus) percaya, ini yang terbaik buat kamu. Kamu udah berjuang buat kami berminggu-minggu ini, kamu udah berjuang buat sampai di umurmu yang ke-16... mungkin sekarang memang giliran kami yang berjuang. Mungkin sekarang memang giliran kami yang berusaha, setelah segala yang kamu usahakan untuk kami sejak kita saling mengenal. Mungkin lambat laun, kami akan berjuang untuk ikhlas, sebagaimana kamu mungkin selalu ikhlas memaafkan kami padahal kami banyak menyinggungmu.

Satu yang aku tahu,
Kamu mungkin tidak lagi ada di sisi kami
tapi selamanya
ceritamu, canda tawamu
semangatmu
akan menjadi alasan kami
untuk terus berusaha.

Satu yang aku tahu,
Kamu mungkin tidak lagi ada di sisi kami
tapi selamanya
selamanya kita berduapuluhdua
kami akan lulus dari tempat kita menuntut ilmu bersama
dan kamu bahkan telah lulus dari ujian yang jauh lebih berat;
ujian kehidupan.
Kita berjuang berduapuluhdua,
kita lulus berduapuluhdua pula.

Perahu kertas itu
telah sampai pada muara laut
selesailah usahanya
membelah aliran sungai yang membentang,
bertahan dari rintik-rintik hujan,
atau menguatkan diri saat diterpa angin kencang.

Perahu kertas itu,
kini akan menghadapi ombak;
pada laut yang tenang
dan riak-riak
yang hanya akan memunculkan
gembira dan riang.

Selamat jalan, Annisa Maharani. Gimana di sana, Cha? Semoga lebih bahagia daripada pas sama kita-kita ya. Insyaallah, kita bakal ketemu lagi di surga-Nya ya Cha. Aamiin aamiin Ya Rabbal aalamiin.

Kita semua sayang Chacha selama-lamanya!

Comments

Popular posts from this blog

Favourite Scenes in Meet the Robinsons!

20 Tips Bermain Ameba Pigg

Pigg, Apaan Tuh?