OSN 2015: Berjuta Cerita

Pulang ke kotamu 
Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu 
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna 

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu 
Nikmati bersama 
Suasana Jogja 

Di persimpangan langkahku terhenti

Ramai kaki lima 
Menjajakan sajian khas berselera 
Orang duduk bersila 

Musisi jalanan mulai beraksi 
Seiring laraku kehilanganmu 
Merintih sendiri 
Ditelan deru kotamu... 

Walau kini kau telah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Lirik lagu Kla Project - Yogyakarta ini membuatku kembali mengenang masa semingguku di Yogya, baru saja minggu lalu untuk Olimpiade Sains Nasional 2015. Mimpiku sejak dulu, yang ternyata menyimpan mimpi yang lebih besar lagi.

Aku sudah lama sih, tau lagu ini. Tapi saat aku berkesempatan menyaksikan Kla Project secara live di kota yang menjadi judul lagu mereka sebagai salah satu penghargaan atas pencapaianku, aku jadi merinding sendiri. Yah, karena ternyata sejak OSN-ku ini, Yogyakarta berarti besar buatku.

Ini bukan OSN pertamaku. Aku pernah ikut juga waktu SMP, alhamdulillah, tepatnya OSN 2013 Batam. Tapi OSN kali ini lebih berkesan... bukan karena tempatnya sih, setiap tempat memiliki kekhasannya masing-masing, dan aku juga senang dengan Batam. Malah awalnya aku agak sedih OSN tahun ini di Yogyakarta, soalnya aku jadi tidak berkesempatan pergi ke luar pulau tempat tinggalku.

Ternyata, kesan nggak bergantung sama tempat :)

Targetku OSN kali ini adalah untuk tenang, baik sebelum atau sesudah pengerjaan tes. Aku tidak ingin seperti SMP dulu, terlalu terfokus dengan kesalahanku pada suatu tes, sehingga tidak bisa maksimal di tes yang lain. Aku ingin, OSN kali ini aku bisa mengeluarkan kemampuan terbaikku, entah itu berarti medali atau tidak. Aku juga harus bisa tegar apapun hasilnya nanti, tidak seperti saat SMP dulu yang membuatku kecewaaa sekali sampai-sampai mengingat Allah nggak membuatku tenang, malah semakin sedih. Yah intinya, aku nggak mau di OSN kali ini, aku melakukan sesuatu yang nantinya akan membuatku menyesal.

Teman-teman satu kontingenku, wakil Jawa Barat bidang
Biologi. Fotonya diambil pakai tongsis waktu pembukaan.
Bahagia sekali ya, wajah kami :)
Oh, selain itu, aku juga ingiin sekali mendapatkan teman dari banyak daerah, khususnya Indonesia Timur, seperti cita-citaku saat OSN SMP dulu. Dan, salah satu alasanku ikut olimpiade adalah supaya bisa jalan-jalan gratis, jadi beberapa hari sebelum OSN persiapanku lebih terkesan seperti persiapan untuk liburan, hahaha. Teman-temanku sampai kebingungan, aku juga sih. Masa aku ke sana bawa tongkat narsis, mau OSN apa foto-foto coba :)

Targetnya banyak ya? Iya, karena buatku, OSN lebih dari sekedar untuk mendapat medali. Daripada nanti aku kecewa kalau-kalau aku gagal, mending aku menikmati waktuku di sana, ya nggak? Dan aku tau betul, untuk bisa maksimal, aku harus santai dan tenang. Jadi, aku jadikan OSN ajang refreshing-ku dari sekolah, sekalian ajang menambah relasi dan pengalaman tentunya :)

Hasilnya? Alhamdulillah, berhasil! Aku bisa tetap tenang sekalipun aku melakukan kesalahan di setiap sesi praktikum, dan sampai selesai tes teori, aku masih bisa optimis akan meraih medali. Kalau setelah selesai sih, no hard feeling. Karena buatku, aku sudah mendapat targetku yang lain, dan buatku target itu lebih penting dari medali. Bukankah mental yang lebih kuat dan pengalaman adalah hal yang sangat berharga?

Aku juga mendapat banyak teman, menurutku. Yah, mungkin memang nggak cukup banyak, tapi aku sudah cukup puas. Aku berteman dengan orang Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi, Kepulauan Riau... seperti semangat dari OSN, aku bisa berkenalan dengan orang-orang dari seluruh Indonesia. Satu target lagi, tercapai :)

Tetap saja sih, aku nggak bisa tenang 100% saat pengumuman semakin dekat. Pikiranku, aku sudah meninggalkan sekolah sebulan, kalau pulang dengan tangan kosong gimana? Tapi kemudian aku mengingatkan diriku sendiri akan target lain yang sudah aku capai. Aku bisa jadi pulang dengan tangan kosong, namun tidak dengan mental dan pikiran yang kosong.

Sabtu siang lalu, kami, para peserta OSN sudah berada di tempat pengumuman pemenang. Banyaknya rangkaian acara sebelum pengumuman sukses membuat kami semakin tegang. Satu yang membuat tegang kami berkurang, video kilas balik OSN 2015. Wajahku ada di sana coba, malu sekali. Tapi bahagia juga sih :)

Saat aku dan teman-temanku sedang deg-degan itulah, seorang juri menghampiri kami. Menanyakan kami optimis atau tidak, kalau dipanggil pelatnas akan ikutkah, dan sebagainya. Aku selalu ingat dengan juri ini, karena pada saat aku tes praktikum di ruangannya, aku melakukan kesalahan fatal... dan beliau mengingatnya! Beliau mengingatku dan kesalahanku, membuatku agak pesimis soal medali.

Pengumuman pun tiba. Awalnya, yang dipanggil terlebih dahulu adalah pemenang OSN SMK... dapat terlihat bagaimana para peserta OSN SMA kecewa. Pengumuman biasanya berurut, dari perunggu paling bawah sampai emas teratas. Bayangkan menjadi peringkat pertama Indonesia, tentu akan sangat deg-degan mengingat namanya dipanggil terakhir.

Ternyata, pengumuman OSN SMK dan SMA tahun ini disatukan. Kami pun semakin deg-degan, apalagi mata pelajaranku, biologi, berada di urutan kelima list pelajaran OSN. Jadi kami masih harus menunggu. Aku sendiri, saat teman-temanku yang mata pelajarannya disebut lebih dahulu; matematika, fisika, kimia, komputer, dipanggil ke depan, bersorak kegirangan. Sampai-sampai, peserta Biologi lain melihatku dengan wajah terganggu. Aku malu sih, tapi untuk kali ini aku nggak peduli. Aku bahagia sekali teman-temanku menang. Apalagi, saat nama seorang kakak kelasku di SMAN 3 Bandung, Muhamad Imannulhakim, disebut. Dia mengikuti pelajaran fisika. Aku segera berteriak, "Kang Iman!" hehehe. Akhirnya, SMA-ku mendapat medali lagi setelah tahun lalu tidak berhasil membawa pulang benda bundar tersebut. Aku juga berlonjak kegirangan saat anak-anak Pasiad (dan mantan Pasiad sepertiku) disebut. Jugaa, saat teman baruku di OSN dipanggil. Duh kebayang nggak sih betapa sering aku berteriak :)

Saat yang paling aku tunggu-tunggu pun tiba. Pengumuman peraih medali perunggu Biologi! Nama yang dipanggil pertama sudah membuatku berteriak lagi. Pasiad! Satu per satu nama peraih medali dipanggil. Teman sekamarku dapat medali! Semakin lama nama-nama itu disebut, semakin aku merasa namaku akan dipanggil sebentar lagi. Sempat ada yang namanya miriiiip sekali denganku, tapi ternyata bukan aku.

Sebelum pengumuman, aku dan teman-temanku sempat berandai-andai apa yang akan kami lakukan kalau mendapat medali. Aku bilang, aku akan sujud syukur di lantai samping kursiku. Dan... waktu itu adalah pemanggilan peraih perunggu keempat. Kakak kelasku di pelatihan, Kak Khairunnisa F Ilato dari MAN IC Gorontalo. Sambil bersorak dan bertepuk tangan (lagi), aku merasakan dengan sangat kuat, "Habis ini namaku."

Dan... benar saja.

Perunggu, medali pertamaku!
"Adriana..." belum selesai MC menyebutkan namaku, aku sudah kegirangan. Namaku dan sekolahku sudah muncul di proyektor panggung besar itu. Segera aku sujud syukur sesuai ucapanku sebelumnya, Ya Allah, mimpiku! Mimpiku sejak SMP dulu! Aku pun berlari cepat, sampai-sampai panitia menyuruhku berhenti, "Tenang, dek, nanti jatuh."

Medali itu pun dikalungkan ke leherku, dan aku segera mengambil posisiku untuk berfoto di panggung bersama medalis lain. Di sana aku peluk Kak Nisil saking bahagianya. Aku lihat orang-orang lain yang kukenal, kulambaikan tangan pada mereka sambil tersenyum, "Selamat." Peraih medali lain pun dipanggil. Kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang berkesempatan hadir saat itu berfoto bersama kami. Keberuntunganku, Pak Menteri posisi fotonya persis di depanku! Kebahagiaanku sangat sempurna saat itu.

Dari Twitter resmi Kemendikbud RI, loh!

Saat turun, satu-satunya pikiranku adalah untuk kembali ke teman-temanku, teman satu kontingenku, Jawa Barat. Aku pikir, kalau perunggu sudah habis, berarti yang lain perak atau bahkan emas. Tapi, aku disuruh mengambil hadiah terlebih dahulu. Dan ternyata... ternyata di list tanda tangan pengambilan hadiah, ada nama-nama seluruh peraih medali. Aku senaaang sekali melihat nama-nama yang kukenal meraih emas dan perak. Tapi... tapi tidak ada nama anak Jawa Barat lain.

Di sini aku merasa campur aduk sekali. Aku bahagia, buatku OSN kali ini adalah OSN yang sempurna karena semua target pribadiku tercapai, tapi aku juga sedih karena teman-temanku yang lain belum berkesempatan meraih medali. Aku ingat cita-cita kami saat kami baru sampai, betapa kami mengharapkan 7 medali bagi kontingen biologi Jabar kali ini; alias semua orang dapat.

Wakil SMAN 3 Bandung di OSN 2013. Dari
kiri atas ke kanan bawah: Kang Iman, pembina
olimpiadeku Bu Diana, aku, Alfanda, dan Bimo.
Saat itu, aku memutuskan untuk tidak terlalu sering kembali ke mereka... karena aku benar-benar nggak enak. Nggak enak, dan sedih. Aku pun berkumpul dengan teman-temanku yang lain yang juga meraih medali, mulai dari perunggu, perak, sampai emas. Pasiad, seperti biasa, bergelimangan medali. Sekolahku tercinta, SMAN 3 Bandung, kali ini membawa 4 medali! Finalis dari sekolah kami juga berjumlah sama, jadi alhamdulillaah, tahun ini wakil sekolah kami semuanya dapat. Selain aku dan Kang Iman, ada Alfanda Kurnia Widi (perak ketiga geografi alias peringkat 8 nasional) dan Bimo Adityarahman (perak kedua matematika, peringkat 7!). Pembina olimpiade sekolah kami wajahnya berbinar sekali, sekalipun beliau bilang padaku bahwa targetnya untukku bukan perunggu. Yah, tapi kami tetap berbahagia bersama. Sudah lama sejak SMAN 3 bisa membawa lebih dari satu medali :)

Masih ingat juri yang menghampiri kontingenku sebelum pengumuman medali? Selesai pengumuman, aku menghampiri salah satu kenalanku, bermaksud berterima kasih. Saat aku datang, beliau sedang berada di samping juri itu. Dan... dan juri itu memelukku! "Selamat ya. Coba aja kamu masukkin lugol waktu itu, peringkat kamu bisa naik." Hahaha masih saja kakak itu ingat kesalahanku, sepertinya gemas sekali :) beliau juga menyemangatiku untuk pelatnas nanti. Iya, pelatihan nasional sebagai seleksi untuk mewakili Indonesia di tingkat internasional. Minta doanya ya!

Para peraih medali mendapat kesempatan untuk hadir di acara Mata Najwa. Lokasinya, di Benteng Vredeburg. Aku masih ingat sekali bagaimana rasanya berjalan dari tempat parkir bus kami, di kantor gubernur, ke tempat itu. Kami melewati Malioboro yang penuh dengan pedagang, dengan medali yang tergantung di leher kami. Pengalaman yang... tidak seperti yang aku bayangkan, tapi berkesan :)

Kontingen Jawa Barat minus Kak Adika, menunggu pulang
di Stasiun Tugu Yogyakarta.
Selama acara itu aku sedih, sih. Aku seperti anak hilang saja, teman bicaraku berganti-ganti. Masuk kontingen ini, pindah ke sana, lalu pindah lagi. Kalau saja ada kontingen Jawa Barat... pikirku. Tapi aku yakin, ini yang terbaik buat aku dan teman-temanku. Tetap semangat ya!

Di acara itulah, aku berkesempatan menonton Kla Project secara live. Dari yang biasanya cuma diputar ibuku di handphone-nya, sekarang aku cuma berjarak 5 kursi dari mereka. Bonus dari meraih medali yang tidak kusangka-sangka :)

Sebagai penutup, aku ingin mengutip ucapan Pak Anies Baswedan beberapa saat sebelum penanugerahan medali. "OSN bukan akhir, tapi garis start." Aku juga mau bilang, serius deh, OSN itu jauuuuh dari sekedar medali. OSN itu ajang menguatkan mental, mencari ilmu, pengalaman, teman, dan yang paling penting, ridho Allah SWT. Kalau medali dianggap bonus dari jerih payah kita, saat mendapatkannya, rasanya akan luar biasa :)

Semangat OSN 2016 Palembang!

Comments

  1. Saya juga ikut osn matematika alhamdulillah lewat ke palembang. Doain ya semoga bisa menjadi juara yang hebat seperti kakak

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Favourite Scenes in Meet the Robinsons!

20 Tips Bermain Ameba Pigg

Pigg, Apaan Tuh?