:perpisahan

"Kamu inginnya bagaimana?"

Dia selipkan kelima jarinya ke sela-sela jemariku. Lalu, dia eratkan.

"Seperti ini," dia jawab. Lirih, seolah malu jika sampai terdengar.

Aku menarik napas panjang. Tidak berkata apa-apa.

Tapi genggamanku, aku eratkan.

"Kenapa tertawa?"
"Karena ini sedih," sahutnya segera.
"Sedih?" mataku membesar.
"Sedih," ulangnya. Dia menatap tangan kami yang saling bertautan. "Orang lain punya tanggal awal."

Aku diam. Membiarkan dia melanjutkan.

"Kita punyanya tanggal akhir..." Suaranya tercekat.

Aku tersenyum saja.

"Sedih, kan?" Dia menatap mataku. Meminta persetujuan. "Iya, kan?"

Aku masih tetap tersenyum.

Sedih?

Ini adalah kisah tersedih dari yang paling sedih.

(Satu Keping, Sri Izzati)
--------------------------------------
Orang lain punyanya tanggal awal, kita punyanya tanggal akhir...

Tanggal perpisahan.

Perpisahan yang mungkin tidak mengenal pertemuan kembali, pikirku saat itu. Akan bisakah?

Sekarang aku menulis ini dengan senyum,
karena ternyata...

...ternyata bisa.

Semoga ini semua ada selama mungkin,
aku membisiki angin yang bertiup
Sudah entah berapa angin yang kutitipi pesan yang sama,
harapanku akan kita
Karena mungkin, perhentiannya yang berikutnya adalah kotamu
Ya, kotamu.

Mungkin terdengar bodoh,
tapi izinkanlah aku untuk percaya,
satu di antaranya akan mengetuk pintu rumahmu
dan menyampaikan pesanku.

(titik dua?
ia terdiri atas titik, seakan-akan hendak berhenti.
namun fungsi sebenarnya ialah menghubungkan suatu kalimat dengan kalimat lain.
seperti perpisahan kita, mungkin (:)

Comments

Popular posts from this blog

Favourite Scenes in Meet the Robinsons!

20 Tips Bermain Ameba Pigg

Pigg, Apaan Tuh?