Hujan

Aku melamunkan masa lalu lagi. Habisnya, mau bagaimana lagi, sudah setahun sejak terakhir aku berada di sini; gunung dengan edelweiss yang hanya dapat aku lihat samar-samar karena lokasinya jauh dari tempatku berdiri saat ini.

Aku baru akan beranjak dari tempatku duduk saat awan menangis dan menurunkan hujannya. Malesin banget sih, aku kan nggak bawa payung!

Aku pun sibuk memarahi awan-awan karena sepatu kesukaanku ia buat rusak dengan hujannya.

Tapi tunggu...

Sebentar...

Aku baru ingat hujan dan setahun yang lalu itu berhubungan. Dan mereka juga berhubungan dengan apa yang sedang aku lamunkan sedari tadi.

Setahun lalu aku sedang hilang arah; malah melakukan hal yang bisa dibilang membuatku tidak fokus menggapai mimpiku. Aku menyadari itu, tapi tidak bisa berbuat apapun karena aku pun tidak mengerti mengapa semuanya jadi begitu. Dulunya hal itu membangunkanku dari kemalasanku berusaha.

Aku pun datang ke tempat ini. Semilir anginnya menenangkan sekali! Saat itu aku segera duduk di salah satu pohon, dan tanpa sadar tertidur. Memimpikan hal baru yang akan membawaku ke mimpiku, bukan menjauhinya.

Dan saat itu hujan datang. Menerpaku. Menyiramiku dengan airnya yang dingin-dingin lembut namun dengan hangat, menjernihkan pikiranku. Ia seakan berkata, ingatlah bahwa kamu perlu usaha keras untuk mempertahankan bebanmu agar tidak membuatmu jatuh seperti aku.

Hari itu juga, aku beralih dari hal yang aku lakukan sebelumnya.

Menjadi mencintai hujan, setiap jenis hujan, sampai saat ini.

Dan tak berapa lama setelah itu mimpiku berhasil terwujud.

(Cerita ini dibuat dengan beberapa perubahan.
Hujan yang asli tidak terjatuh, dan hari spesial itu sebenarnya baru dapat dirayakan besok)

Comments

Popular posts from this blog

Favourite Scenes in Meet the Robinsons!

20 Tips Bermain Ameba Pigg

Pigg, Apaan Tuh?